Bahaya Mikroplastik: Ancaman Senyap di Lautan dan Tubuh Manusia

Globalisasi konsumsi plastik sekali pakai telah melahirkan krisis lingkungan yang masif, dengan salah satu manifestasi paling mengkhawatirkan adalah penyebaran Bahaya Mikroplastik. Partikel-partikel plastik berukuran kurang dari lima milimeter ini kini telah merambah setiap sudut ekosistem bumi, dari puncak gunung tertinggi hingga palung laut terdalam. Mengingat ukurannya yang sangat kecil, melacak dan membersihkan Bahaya Mikroplastik menjadi tantangan besar, menjadikannya ancaman senyap yang terus mengintai kesehatan planet dan, yang lebih mengerikan, kesehatan manusia. Dampak buruk partikel-partikel ini kini menjadi perhatian serius para ilmuwan di seluruh dunia.

Di lautan, mikroplastik berasal dari fragmentasi sampah plastik yang lebih besar atau langsung dari produk kosmetik (microbeads). Organisme laut, mulai dari zooplankton hingga paus, secara tidak sengaja mengonsumsi partikel-partikel ini. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Institut Oseanografi Global pada Rabu, 21 Agustus 2024, di perairan Selat Sunda, menemukan konsentrasi mikroplastik mencapai rata-rata 50 partikel per meter kubik air laut. Ketika ikan dan seafood lainnya menelan partikel ini, mikroplastik tersebut masuk ke rantai makanan, yang pada akhirnya akan berakhir di piring makan kita.

Masuknya Bahaya Mikroplastik ke dalam tubuh manusia bukan lagi spekulasi. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kita menghirup partikel mikroplastik dari udara dan mengonsumsinya melalui makanan dan air minum. Bahkan, sebuah laporan yang dirilis oleh Badan Kesehatan Lingkungan Global (BKLG) pada Jumat, 04 Oktober 2024, mengindikasikan adanya jejak mikroplastik pada sampel jaringan paru-paru dan darah manusia. Meskipun mekanisme dan efek jangka panjangnya masih dipelajari, kekhawatiran terbesar adalah kemampuan partikel ini membawa bahan kimia beracun—seperti phthalates dan BPA—yang dapat mengganggu sistem endokrin dan hormon tubuh.

Untuk mengatasi ancaman ini, aksi kolektif dan kebijakan yang ketat sangat diperlukan. Di tingkat konsumen, ini berarti secara drastis mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan mendukung inovasi produk tanpa plastik. Di tingkat industri, diperlukan pengawasan ketat terhadap pembuangan limbah, terutama limbah tekstil yang merupakan sumber utama serat mikroplastik saat dicuci. Bahkan, Satuan Tugas Pengawasan Lingkungan Air yang dibentuk oleh pemerintah di Zona Industri Timur telah meningkatkan patroli pengawasan limbah industri dari tiga kali seminggu menjadi lima kali seminggu sejak Maret 2025 untuk menanggulangi pencemaran. Masyarakat juga perlu diedukasi tentang pentingnya filter pada mesin cuci untuk mengurangi serat mikroplastik yang terbuang ke saluran air. Melalui tindakan pencegahan yang ketat dan berkelanjutan, kita berharap dapat membalikkan kondisi kritis ini dan meminimalkan Bahaya Mikroplastik yang mengancam kehidupan di masa depan.